Thursday, April 2, 2009

Ssstt… Rahasia yah!!?

Pernah ga sih kita punya suatu rahasia yang kita jaga banget dan hanya mau kita bagi oleh satu orang aja? Biasanya setelah kita cerita kita akan bilang “Tolong jangan bilang siapa-siapa yah!?” Lalu ketika teman kita tersebut bertemu temannya yang lain dia tergelitik untuk menceritakan rahasia kita dan tak lupa berpesan “Eh ini rahasia kita berdua yah, jangan bilang ke yang lain!!” Kemudian sang teman tersebut berjumpa dengan temannya lagi dan melakukan hal serupa begitu seterusnya hingga rahasia kita menjadi rahasia umum!!! Kebayang gak sih betapa kecewanya hati kita, apalgi jika rahasia itu mengenai aib diri kita, hatta bukan aib pun rasanya tetap sakit jika kepercayaan kita dikhianati… Hiks, hancurnya hatiku..!! (lho?)

Nah begitu pula sebaliknya, jika kita merasakan sakit dan kecewa jika amanah kita dikhiaati, kita pun tidak boleh melakukan sebaliknya. Terkadang manusia cenderung egois, tidak ingin disakiti tapi senang menyakiti. Walaupun mungkin kita tidak sengaja, karena memang tabiat manusia seperti itu. Apalagi jika asyik mengobrol dengan teman yang “sehati” maka lidah ini akan gatal untuk mengatakan segala apa yang kita dengar, meskipun kadang kita ingat kalau hal itu harus dijaga kerahasiaannya. Tapi ya mau gimana lagi… akhirnya ya ujung-ujungnya pakai “jurus handal” tadi, yaitu dengan mengembel-embeli “jangan bilang-bilang ya”, “tapi ini rahasia ya”, dsb.. dan karena teman kita juga setipe dengan kita akhirnya sebuah rahasia itu lagi-lagi jadi rahasia umum..!
Astaghfirulloh…

Padahal agama Islam yang mulia telah mengatur adab ini dengan sempurna. Menjaga rahasia adalah akhlak yang tersusun dari ketenangan dan menunaikan amanat dengan menyembunyikan rahasia merupakan hal yang terpuji. Sedangkan membocorkan rahasia merupakan sifat khianat dan orang yang mebocorkannya tidak lain adalah orang yang tidak bisa menjaga lisannya. Alloh Subhanahu Wata’ala memerintah kita untuk menjaga janji dan amanat dalam firmanNya pada QS. Al Anfal: 27

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rosul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.”

Imam al-Ghozali mengatakan, “Menyebarkan rahasia hukumnya haram karena hal tersebut menyakiti dan merendahkan hak kawan. Membocorkan rahasia termasuk khianat, hukumnya haram bila dengan membocorkannya terdapat bahaya. Bila tidak ada bahayanya, maka tercela.”

Imam Roghib al-Ashfahani mengatakan, “Menyebarkan rahasia termasuk tanda kurang sabar dan kurang lapang dada. Sifat ini tidaklah melekat kecuali pada laki-laki yang lemah, anak kecil, atau wanita.”

Beliau juga mengatakan bahwa rahasia itu ada 2 bentuk, yaitu:
1. Ucapan yang dikatakan seseorang dan dia menyembunyikannya, bias secara jelas semisal dia mengatakan “Rahasiakan apa yang aku katakana kepadamu” atau bias juga berupa perbuatan semisal dia mencari waktu yang tepat kepada orang yang akan diajak bicara, atau dia berbisik dan merendahkan suaranya.
2. Rahasia yang tersimpan dalam dirimu, berupa perkara jelek bila tersebar atau sebuah rencana yang akan engkau kerjakan.

Disamping itu menjaga rahasia juga ada 2 macam:
- Pertama, menjaga rahasia yang terpuji, dan ini termasuk bentuk menunaikan amanat dan menepati janji. Seperti menyembunyikan rahasia orang lain, atau rahasia pribadi dan semua ini adalah inti dari sifat menjaga rahasia.
- Kedua, menyembunyikan rahasia yang tercela, yaitu menyembunyikan persaksian dan menyembunyikan wahyu yang telah alloh turunkan.

Para nabi dan orang sholih telah memberikan teladan kepada kita dalam sifat menjaga rahasia. Terutama qudwah terbaik kita Rosululloh Shollallohu ‘Alayhi Wasallam, yaitu tatkala perang Khondaq terjadi. Beliau menyembunyikan masuk islamnya Nu’aim bin Mas’ud al-Ghothofani, dan berpesan kepadanya, “Hanya engkaulah satu-satunya orang yang masuk Islam pada saat ini, maka buatlah kekacauan di antara mereka semampumu karena perang penuh dengan tipu muslihat (al-Fushul Fi Siroh ar Rosul)

Teladan lain dapat kita jumpai pada Al Qur’an dan As Sunnah yaitu ketika Nabi Luth merahasiakan kedatangan para malaikat dari kaum dan istrinya (QS. Hud:81); ketika ibunda Nabi Musa menyembunyikan berita tentang Musa karena khawatir akan dibunuh Fir’aun (QS. Al Qoshosh:7); juga ketika Abu Bakar Rodhiallohu’anhu menyembunyikan rahasia Rosululloh Shollallohu ‘Alayhi Wasallam ketika Umar bin Khothob Rodhiallohu’anhu menawarkan putrinya Hafshoh Rodhiallohu’anha (HR. Bukhori); dan ketika Anas bin Malik Rodhiallohu’anhu menyembunyikan rahasia Rosululloh Shollallohu ‘Alayhi Wasallam kepada ibunya dan ibunya mendukungnya (HR. Muslim).

Karena tidak semua orang bisa menjaga rahasia, maka kita harus berhati-hati dalam menyampaikan rahasia. Hendaknya sebelum kita menceritakan rahasia kepada orang lain ada beberapa hal yang sebaiknya kita perhatikan dari diri orang tersebut, diantaranya adalah:
- Dia memiliki akal yang tajam, sehingga dengannya dapat terjaga rahasia
- Dia memiliki agama yang kuat, sehingga terjaga dari khianat
- Dia orang yang senang dan selalu menasihati, sehingga dapat memberi masukan dan saran saat senang maupun susah
- Dia orang yang penuh kasih sayang dan cinta, sehingga karena rasa cinta dan perhatiannya dapat menjaga rahasia yang diinginkan
- Dia punya sifat menyimpan rahasia. Hal ini dapat diketahui dari pergaulan dengannya, duduk bersamanya, dan praktik kesehariannya.

Eitz…kita juga harus berusaha menjadi pribadi yang sempurna seperti itu donk^_~

Subhanalloh… ternyata dalam hal yang menurut sebagian orang sepele ternyata memiliki hikmah yang dalam. Betapa sebuah adab dalam Islam sangat perlu diperhatikan karena dengannya akan terjaga hak-hak seorang muslim pada khususnya dan hak-hak seluruh makhluk di dunia ini pada umumnya. Dan dengan demikian semakin jelaslah pula bahwa Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin (Setuju tho???!)

Konon, menjaga harta lebih mudah ketimbang menjaga rahasia. Hal ini karena mengeluarkan harta harus lewat pintu dan gembok dan kunci yang berlapis, sedangkan membocorkan rahasia cukup sekedar dengan lisan yang berbicara. Benarlah kata seorang bijak, bahwa “Sabar dengan menggenggam bara api adalah lebih mudah daripada sabar menyimpan rahasia.” (Adz-Dzari’ah) –Masya Alloh…

Dan cukuplah perkataan para Sahabat sebagai cambuk untuk mengingatkan kita dalam memegang amanah:
* Ali bin Abi Tholib Rodhiallohu’anhu berkata: “Rahasiamu adalah tawananmu, apabila engkau membocorkannya maka engkau jadi tawanannya.”
* Umar bin Abdul Aziz Rodhiallohu’anhu berkata: “Hati ibarat bejana dan bibir adalah gemboknya, sedangkan lisan adalah kuncinya. Maka hendaknya setiap orang menjaga kunci rahasianya.”

Semoga kita termasuk orang-orang yang pandai menyimpan rahasia dan semoga kita menjadi orang yang konsisten dalam menjalankan syariatNya. Amin.


Ssstt…artikel ini bukan rahasia yah, silakan sebarkan pada yang lain^_^


Sumber: Majalah AL Furqon Edisi 08 Th. Ke-8 1430/2009

5 comments:

  1. siiipp deh artikelnya!
    Mba copy ya...
    gimana Ajeng udah berhasil ikin blog blum?
    barakallahu fik

    ReplyDelete
  2. Assalamua'alaykum....salam kenal yaa ukhty...bukan rahasia loh kalau ana alumnus biologi unsoed he..he.. dah tuek angkatan 2000,anti angkatan taun berapa? sepertinya ana lulus anti baru masuk mungkin yah...pilih mata kuliah pilihannya mikrobiologi? ana dulu biorep pembimbingnya bu yulia sistina, bisa komunikasi lewat japri? kirim email lewat mbokefatih@gmail.com atau add ana yah mbokefatih@yahoo.com
    Barokallohufiykum

    ReplyDelete
  3. @qanitah >>
    Yupz, tafadhol.. Blum tuh, skrg lg sakit gigi
    Wafiki barokalloh



    @Mbokefatih >>
    Wa'alaykumussalam.. salam kenal jg Ukh.
    Wah, seneeeng dapet sodara baru..!^0^
    Alhamdulillah..
    Mbak da YM?? ana add ya..
    Wafikum barokalloh

    ReplyDelete
  4. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  5. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete