
Wednesday, October 7, 2009
Saturday, August 8, 2009
(Marhaban...)

Sebening embun pagi yang bertahta di hijau daun
Itulah asa seorang mukmin yang sedang mabuk rindu
Akan datangnya kekasih yang slalu ditunggu
Yaitu rindu yang jika t’lah bertemu ‘kan menjadi candu
Hari demi hari hingga terlalui bulan demi bulan
Dosa demi dosa terpungut dari kecil hingga besar
Hati yang terliput gelisah dan gundah gulana
Kian lelah meski bibir s’lalu basah akan istighfar
Namun bening asa masih setia bertahan
Kekasih yang dinanti semakin merangkak di sisi
T’lah dia tunjukkan aroma mewangi
Hati pun semakin gelisah dan tak berani
Apakah diri mampu dan ditakdirkan menjumpai
Padanya Ramadhan, bulan yang suci
…
S’moga aku dan kamu bisa bertemu dengannya
Lalu mahsyuk dalam cinta di dalamnya
Hingga kita teguk kenikmatan ibadah lillah
Hingga kita tapaki tangga Takwa
Hingga kita semua bertemu di dalam Jannah
(Aamiin yaa mujiibassaa’iliin)
Sunday, July 5, 2009
Rintihan Hati
Entah manis, pahit, getir, atau sekedar buih di bibir
Hanya hati yang menyatu yang mampu mengeja
Apatah lagi jika untaian kata yang meregang
Maka suka dan duka tetap ‘kan tercipta
Mewarnai atmosfer angan tempat merajut asa
Entah janji, puji, atau hanya roman picisan yang terkaji
Tetap hanya hati yang menyatu yang mampu mengeja
Namun hati kita tak lagi mampu menyatu
Karena waktu yang masih kelabu
Atau batas diri yang jauh darimu
Membuat kita terisak sedu
Menangisi semua kisah kita tentang “biru”
Aku lelah dengan rintihan ini
Yang selalu bisu bersama katamu
Izinkanlah ‘ku eja makna lain
Dari kata yang kita simpan bersama dalam qolbu
Hingga kesabaran kita bertemu di batas takdir
Dan sang waktu pun tak lagi kelabu
Ruang Hati, 4 Juli 2009
Tuesday, April 14, 2009
^.^
Semburat ungu memendar di atas kanvas hidupku
Meski gradasi mungkin ‘kan mengisi spasi-spasi sanubari
Kini, setelah kemarin meniti kebimbangan hati
Ku coba tetap dalam ketundukan dan keteguhan derap
Tentu saja pongah ini tlah meneteskan noktah-noktah
Dan mungkin ringkih ini tlah melukai ruang yang masih putih
Namun aku ‘kan tetap menunggu dalam ungu bayangmu
Dengan penuh kepasrahan dan ketaatan pada nadir-nadir takdir Ilahi
Hingga ku lelah pada biji-biji janji yang memerah
Bilakah kanvasku kembali pulih memutih
Adalah dambaan hakiki jiwa yang rindu kembali
Maka janganlah lara pada sesal yang membara
Atau berhenti menjaga cinta yang tak pernah alfa tercipta
Ialah Cinta yang “abror” seperti cintanya Muhajirin dan Ansor
Jagalah, meski bulir air mata terus menggulir hatta deras mengalir
Tengoklah bahwa lentera iman masih anggun bersemayam di atas menara ihsan
Ataukah takdir ‘kan bersahabat dengan asa yang kita tambat
Maka itu adalah Karunia yang terlukis oleh Dzat Yang Maha Mulia
Kini, dan ku ingin esok tetap menjadi semburat lukisan yang elok
Monday, March 30, 2009
Tak Sederhana
Hingga bersua pada kenyataan dan kebenaran
:jalan ini adalah rahmat
Lalu cinta di hati digali dan diumbar
Keangkuhan pun menggradasi, menantang lazuardi
Sahabat, sekali cobalah tatap
Diri ini pada cermin yang bukanlah kusam
Tengoklah mata yang indah dengan bulu yang lentik
Masih adakah siluet haram terpancar darinya
Yang bercokol dari pandangan yang tak tertunduk
Lalu pandanglah bibir yang tipis dan menawan
Terngiangkah kata-kata busuk yang pernah terlafal
Atau ingatkah ada berapa hati yang tercabik oleh ketajamannya
Dan liriklah telinga yang cantik berhiaskan anting bermata zamrud
Adakah sisa dengungan kata-kata haram yang sempat berlalu
Sahabat, itukah diri ini yang selalu anggun menyenandungkan rahmat
Dan mahabbah merdu kepada Sang Penyelamat
Bahkan mungkin mata ini tak pernah menjadi saksi sayatan pedang
dan desiran peluru yang membabi buta di tubuh yang hitam-kurus
Atau telinga ini tak mau mendengar tangis pilu anak-anak yang kelaparan
Apatah lagi bibir ini tak sudi sekedar melarang kesyirikan dan bid’ah ad dholalah
Masihkah hati ini melantangkan cinta di atas kedzaliman manusia
Cinta ini begitu sederhana
Begitu apa adanya
Dan tak ada apa-apanya
Sebatas shalat yang tak kunjung khusuk
Atau usaha mentadaburi tiap bait mushafNya
Hingga lantunan doa rindukan keindahan surgaNya
Sahabat, sekali lagi cobalah tatap
Diri ini pada cermin yang bukanlah kusam
Masihkah hati ini melantangkan cinta di atas kengkuhan manusia
Masihkah mata, bibir, dan telinga ini mahsyuk di atas kemaksiatan yang merajalela
Saudara, sekali lagi marilah tatap
Pada cermin yang indah benderang
Cermin yang bernamakan Taubatan Nasuha
Karena cintaNya yang tak begitu sederhana
Secret Chamber: Oct 13rd, 2006
(edit: Jan 21st, 2008)
Hidup
: antara satu
hingga dua belas
Hidup adalah elegi
: antara suka
dan duka
Hidup adalah perjuangan
: antara bekerja
serta ibadah
Hidup adalah perjalanan
: antara dunia
menuju akhirat
Hidup adalah jarak
: antara liang ibu
sampai liang kubur
Brebes, 2003
Wednesday, March 25, 2009
Menanti Sahabat
Apa kabar jiwamu dalam kembara?
Aku resah…
Melihat tangismu dalam mimpi
Sahabat, kekasihku dalam cinta
Apa kabar kidung yang dulu kita lagukan?
Aku sedih …
Kau tak menangis dalam lara
Sahabat, aku tak bisa pasrah…
Melihat hijabmu mengering dan berguguran
Meski itu menjelma dalam senyum sendumu
Sahabat, aku tak bisa ikhlas
Kau gadaikan iman dalam kembara
Kau jual cinta dalam mimpi merajut cita!
Sahabat, ‘ku ingin tetap kekasihmu
Yang setia menyulam iman, meski dalam gelap
Yang teguh berkidung dzikir, disaat hati sedang lelah
Yang menunggumu kembali…
Hingga berkerudung anggun!
Purwokerto, 2005